Sabtu, 30 Juli 2016

Logo Piala Soeratin U-17 Zona Kaltim 2016
Balikpaapan  5 - 16 Oktober 2016

Selasa, 26 Juli 2016

10 Pemain Sepak Bola Dengan Lari Tercepat 2016

https://www.youtube.com/watch?v=_pFlmNVgkGc

Sejarah Piala Soeratin


Soeratin  Sosrosoegondo pahlawan sepakbola Indonesia


Piala Soeratin

Piala Soeratin adalah sebuah turnamen kompetisi sepak bola di Indonesia yang diperuntukkan bagi pemain sepak bola yang berusia 18 tahun ke bawah. Pada tahun 2012 PSSI meregulasi kompetisi Piala Soeratin diperuntukkan bagi pemain sepak bola yang berusia 17 tahun ke bawah. Sebelumnya kompetisi ini disponsori oleh Indofood Sukses Makmurdan kompetisi yang disebut Liga Indofood.
Nama Soeratin diambil dari nama depan mantan ketua umum PSSI yang pertama yaitu Soeratin Sosrosoegondo untuk mengenang jasa-jasa dia dalam merintis dan membangun sepak bola Indonesia.
Sedangkan nama Indofood diambil dari nama perusahaan makanan dan minuman terkemuka Indonesia, yaitu Indofood Sukses Makmur.



Sejarah Piala Soeratin
Ir. Soeratin Sosrosoegondo (17 Desember 1898-1 Desember 1959) adalah pendiri sekaligus Ketua Umum PSSI pertama periode 1930-1940. Lahir di Yogyakarta dari kalangan terpelajar. Ayahnya R. Soesrosoegondo adalah guru di Kweekschool, menulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Istrinya, R.A. Srie Woelan, adik kandung Dr Soetomo, pendiri Budi Utomo.

Soeratin menimba ilmu di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, Jerman. Setelah meraih gelar insinyur sipil pada 1927, Soeratin muda kembali ke Indonesia pada 1928. Setelah itu Soeratin bekerja di perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda dengan gaji sekitar seribu gulden per bulan. Pada saat yang sama, Soeratin mulai merintis pendirian organisasi sepak bola Indonesia.

Pada awal 1930, Soeratin akhirnya mempunyai gagasan cemerlang, yaitu menggalang semangat nasionalisme dengan cara berbeda. Ia berpendapat bahwa kehormatan bangsa bukan cuma urusan perang senjata semata, tetapi juga bisa disalurkan melalui olahraga yang begitu digandrungi di Eropa, bernama sepak bola.

Atas dasar ide itulah, pada 19 April 1930, dibentuk Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (sekarang PSSI) sebagai realisasi konkret Sumpah Pemuda. Di saat iparnya, Dr Soetomo, mengelilingi Pulau Jawa untuk menekankan pentingnya pendidikan yang pada akhirnya menghasilkan berdirinya Budi Utomo, Soeratin juga melakukan pertemuan secara sembunyi-sembunyi dengan sejumlah tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.

Dalam kongres pertama di Societit Hadiprojo, Yogyakarta, yang diikuti tujuh pengurus klub pribumi, di antaranya VIJ Jakarta (Voetbalbond Indonesche Jakarta), BIVB Bandung (Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond), IVBM (Indonesche Voetbalbond Magelang), MVB (Makassar Voetbal Bond), SIVB (Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond), VVB (Vorstenlandsche Voetbal Bond), dan PSIM (Yogyakarta), Soeratin ditunjuk sebagai Ketua Umum pertama PSSI. Seiring perjalanannya, ia pun terus dipilih menjadi ketua umum selama 11 kali berturut-turut hingga periode 1940.

Demi mengurus PSSI Soeratin rela keluar dari pekerjaannya di perusahaan Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Baginya, membangun PSSI butuh konsentrasi besar. Masih banyak persoalan yang mesti dihadapi PSSI ketika itu, dari mulai isolasi yang dilakukan NIVB hingga membangun solidaritas bond-bond sepakbola bumiputera yang (kadang-kadang) masih saling bersaing satu sama lain.

Pada 1940, Soeratin pindah tugas ke kampung halamannya di Bandung dan jabatannya sebagai Ketua PSSI diambil alih oleh Artono Martosoewignyo.

Ketika Jepang ke Indonesia dan mengakibatkan pecahnya perang kemerdekaan, Soeratin mengalami kehidupan yang amat sulit. Lelaki yang aktif dalam TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat Letnan Kolonel ini rumahnya diobrak-abrik Belanda.
Pengabdian Soeratin bagi bangsa pun masih besar di hari tuanya. Setelah kemerdekaan Ia menyanggupi permintaan Ir Djoeanda untuk memimpin Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1949. Akan tetapi, dengan tubuh yang semakin renta, pekerjaan itu sedikit berat. Apalagi, ketika itu perjuangan fisik melawan Belanda terus terjadi. Setelah sekian lama sakit dan tidak mampu menebus obat, Soeratin meninggal dunia pada 1 Desember 1959 dalam kemiskinan. Rumahnya berukuran 4 x 6 meter di Jalan Lombok Bandung, terbuat dari gedhek (dinding bambu). Tidak ada yang ditinggalkan kecuali organisasi yang dicintainya, PSSI.


Piala Soeratin diadakan oleh PSSI sebagai penghargaan atas jasa Ir. Soeratin Sosrosoegondo (Ketua Umum PSSI yang pertama, Bapak PSSI). Karenanya, sejak pertama kali diselenggarakan, Piala Suratin diadakan setiap peringatan Hari Ulang Tahun PSSI (baca: bulan April). Sebelumnya, Ir. Soeratin sendiri diberikan penghargaan oleh PSSI dalam Kongres PSSI 1964. 

Piala Suratin edisi perdana pun digelar di Jakarta pada 13-19 April 1966. Saat itu, Persema Malang berhasil menjadi juara Piala Suratin 1966. Namun, dalam perkembangannya, karena sesuatu hal, Piala Suratin tidak digelar lagi setiap bulan April. Hal itu terjadi sejak Piala Suratin 1972. Sampai kini, jadwal pun sering berubah. Tak hanya waktu pelaksanaan, Piala Suratin pun tampak berganti umur. Sebutlah U-19, U-18, dan kini U-17. Ada kemungkinan PSSI mematok umur peserta Piala Soeratin ini untuk mengikuti aturan kelompok umur di Piala Asia Junior dan Piala Dunia Junior.


Daftar Juara Piala Suratin (1966-2012)

1966: Persema (Malang)
1967: PSMS (Medan) dan Persija (Jakarta)
1970: Persija (Jakarta)
1972: Persija (Jakarta)
1974: Persija (Jakarta)
1976: Persebaya (Surabaya) - PSP (Padang) 1-0
1978: Persiter (Ternate)
1980: PSMS (Medan) - Persiter (Ternate) 3-0
1982: Persijap (Jepara)
1984: Persikasi (Bekasi)
1985: Persikasi (Bekasi)
1987: Persiss (Sorong)
1989: Persikasi (Bekasi)
1991: Persikasi (Bekasi)
1992: PSB (Bogor)
1993: PSB (Bogor)
1994: Persikasi (Bekasi)
1995: PSB (Bogor)
1996: Persema (Malang) - Medan Jaya (Medan) 3-2
1998: Persijap (Jepara) - Persebaya (Surabaya) 2-1
2000: Persijatim (Jakarta Timur) - Persija (Jakarta) 1-0
2001: Persebaya (Surabaya) - Persedikab (Kediri)
2002: Persijap (Jepara) - PSIS (Semarang)
2003: Persib (Bandung) - PSIS (Semarang) 2-1
2004: PSIS (Semarang) - Persebaya (Surabaya)
2005: Mojokerto Putra (Mojokerto) - Persipura (Jayapura)
2006: Persib (Bandung) - Persewangi (Banyuwangi) 1-0
2007: Arema (Malang) - Persimuba (Musi Banyuasin) 2-1
2008: Persekap (Pasuruan) - Persipasi (Bekasi) 6-5 a.p
2009: Perseba (Bangkalan) - Persema (Malang) 2-1
2010: Villa 2000 (Tangerang Selatan) - PSIS (Semarang) 1-0
2012: PSDS (Deli Serdang) - Persema (Malang) 6-5 a.p (2-2)
2014: Jember United – Persis Solo 3-1


Sumber:wiki, dll.

Soeratin, Pendiri PSSI Juga Pantas Jadi Pahlawan Nasional

Ir. Soeratin Sosrosoegondo 


Akhir-akhir ini ramai diperdebatkan tentang pahlawan nasional dan penetapan beberapa nama terkenal di Indonesia, dari sejumlah nama-nama tokoh nasional yang mengemuka muncul pula wacana bahwa Pendiri PSSI Soeratin dinilai layak menjadi pahlawan sepakbola Indonesia.

Hal ini diungkapkan Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman, dikatakanya Soeratin pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional karena berjasa secara nasional mendirikan organisasi olahraga sepakbola yang menjadi tempat bernaung banyak orang.

"Hari pahlawan di dunia sepakbola, saya menilai Pak Soeratin. Ia yang mendirikan organisasi sepakbola Indonesia yang saat ini dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang," kata Djadjang,  seperti dilansir dari situs resmi klub, beberapa waktu lalu.

Djadjang pun mendorong agar Soeratin dapat dinobatkan sebagai salah satu pahlawan nasional. Ia berharap pemerintah dapat menyematkan gelar pahlawan untuk Soeratin yang saat ini masih belum mendapatkan gelar tersebut. "Saya mendorong Soeratin sebagai pahlawan sepakbola," ujarnya.

Djadjang mengaku enggan disematkan gelar pahlawan untuk dirinya khusus di lingkungan Persib. Menurutnya, pemberian gelar pahlawan Persib terlalu berlebihan, sebab ia menilai belum pantas mendapatkan hal tersebut.

"Saya belum layak jadi pahlawan Persib. Mungkin kalau disebut sebagai orang yang berjasa mendorong Persib, mungkin bisa," katanya.

Penulis: Hendra Kusuma
Editor: Hendra Kusuma

Sumber: SriwijayaPost